Minggu, 25 November 2012

KOPERASI

Koperasi Indonesia
Pengertian / Definisi Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum dengan melaksanakan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sehingga sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan.
A. Sejarah Gerakan Koperasi
Gerakan koperasi digagas oleh Robert Owen (1771-1858), yang menerapkannya pertama kali pada usaha pemintalan kapas di New Lanark, Skotlandia. Gerakan koperasi ini dikembangkan lebih lanjut oleh William King (1786-1865) dengan mendirikan toko koperasi di Brighton, Inggris. Pada 1 mei 1828, King menerbitkan publikasi bulanan yang bernama The Cooperator yang berisi berbagai gagasan dan saran-saran praktis tentang mengelola toko dengan prinsip koperasi.
1. Gerakan Koperasi di Indonesia
Koperasi dikenalkan di Indonesia oleh R.Aria Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah pada tahun 1896. Pada tanggal 12 juli 1947, pergerakan koperasi di Indonesia mengadakan konggres koperasi yang pertama di Tasikmalaya. Tanggal dilaksanakannya konggres ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Koperasi Indonesia.

2. Lambang Koperasi Indonesia
Lambang Koperasi Indonesia memiliki arti sebagai berikut:
a. Rantai melambangkan persahabatan yang kokoh.
b. Gigi Roda melambangkan usaha/karya yang terus menerus.
c. Kapas dan Padi melambangkan kemakmuran rakyat yang diusahakan oleh Koperasi.
d. Timbangan melambangkan keadilan sosial sebagai salah satu dasar koperasi.
e. Bintang dalam perisai melambangkan Pancasila sebagai landasan ideal koperasi.
f. Pohon beringin melambangkan sifat kemasyarakatan dan kepribadian Indonesia yang kokoh berakar.
g. Tuliasan Koperasi Indonesia melambangkan kepribadian koperasi rakyat Indonesia.
h. Warna merah dan putih melambangkan sifat nasional Indonesia.
B. Pentingnya Koperasi Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat
Koperasi meningkatkan pada kesejahteraan anggotanya. Keuntugan yang diperoleh dibagikan kepada anggotanya dalam bentuk SHU. Secara lengkap pentingnya Koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat dapat dilihat dalam tujuan, manfaat, prinsip, kelengkapan, jenis dan modal koperasi.
1. Tujuan Koperasi
Koperasi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Hal ini diperoleh dengan adanya pembagian Sisa Hasil Usaha(SHU) kepada para anggotanya. Tujuan koperasi ini membedakan koperasi dengan badan usaha lainnya. Secara umum badan usaha lainnya bertujuan untuk memperoleh keuntungan sebesar- besarnya.
2. Manfaat Koperasi
Berikut ini beberapa manfaat koperasi:
a. Memenuhi kebutuhan anggotanya dengan harga yang relatif murah.
b. Memberikan kemudahan bagi anggotanya untuk memperoleh modal usaha.
c. Memberikan keuntungan bagi anggotanya melalui Sisa Hasil Usaha (SHU).
d. Mengembangkan usaha anggota koperasi.
e. Meniadakan praktik rentenir.
3. Prinsip Koperasi
Menurut UU No 25 tahun 1992 Pasal 5 disebutkan prinsip koperasi yaitu:
a. Keanggotaan bersifat suka rela dan terbuka.
b. Pengelolaan dilakukan secara Demokratis.
c. Pembagian  SHU dilakukan secara adil dan sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masung anggota(andil anggota tersebut dalam koperasi).
d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.
e. Kemandirian.
f. Pendidikan perkoperasian.
g. Kerjasama antar koperasi.
4. Kelengkapan Koperasi
Susunan koperasi berikut ini:
a. Anggota, anggota koperasi meliputi:
1. Perorangan, yaitu orang yang secara sukarela menjadi anggota koperasi.
2. Badan hukum koperasi, yaitu suatu koperasi yang menjadi anggota koperasi yang memiliki lingkup yang lebih luas.
b. Pengurus koperasi, dipilih dari dan oleh anggota dalam rapat anggota, tugas pengurus koperasi, mengelola koperasi dan anggotanya, mengajukan rancangan kerja koperasi, dan membuat laporan keuangan dan pertanggung jawabannya.
c. Pengawas Koperasi
pengawas koperasi bertugas untuk mengawasi jalannya koperasi.
d. Rapat Anggota
Rapat anggota menjadi pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Rapat anggota dilakukan untuk meminta pertanggungjawaban pengurus dan pengawas dalam hal pengelolaan koperasi. Rapat anggota juga menetapkan anggaran dasar, mengesahkan rencana kerja, menetapkan pembagian SHU, serta memilih mengangkat dan memberhentikan pengurus dan pengawas koperasi.
5. Jenis-Jenis Koperasi
Koperasi secara umum dapat dikelompokkan menjadi koperasi konsumen,koperasi produsen,dan koperasi kredit usaha (jasa keuangan). Koperasi dapt pula dikelompokkan berdasarkan jenis usahanya, yaitu sebagai berikut:
a. Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang melayani kegiatan peminjaman dan penyimpanan uang para anggotanya.
b. Koperasi konsumsi adalah koperasi yang usahanya memenuhi kebutuhan sehari-hari anggota koperasi.
c.Koperasi produksi adalah koperasi yang anggotanya menghasilkan produk dan kemudian dijual atau dipasarkan melalui koperasi.
Berdasarkan keanggotaanyan, koperasi dapat dibedakan menjadi berikut:
a. Koperasi Unit Desa (KUD) adalah koperasi yang beranggotakan masyarakat pedesaan dan melayani kebutuhannya, terutama kebutuhan dibidang pertanian.
b. Koperasi Pasar adalah koperasi yang beranggotakan pedagang pasar.
c. Koperasi Sekolah adalah koperasi yang beranggotakan siswa-siswa sekolah, karyawan sekolah dan guru.
d. Koperasi pegawai Negeri adalah koperasi yang beranggotakan pegawai negeri.
6. Sumber  Modal Koperasi
Adapun modal koperasi terdiri atas modal sendiri dan modal pinjaman .
a. Modal sendiri
  1. Simpanan pokok
  2. Simpanan wajib
  3. Dana cadangan
  4. Hibah
b. Modal pinjaman
  1. Anggota dan calon anggota
  2. Koperasi lainnya/ anggotanya yang didasari dengan perjanjian kerjasama antar koperasi
  3. Bank atau lembaga keuangan lainnya
  4. Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya
  5. Sumber lain yang sah

Senin, 19 November 2012

perkembangan alam pikiran manusia


PEMBAHASAN

1.      Perkembangan Alam Pikiran
            Manusia sebagai makhluk yang berpikir dibekali rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu inilah yang mendorong untuk mengenal, memahami, dan menjelaskan gejala-gejala alam. Manusia sebagai makhluk mempunyai ciri-ciri :
a.      Memiliki organ tubuh yang komplek dan sangat khusus terutama otaknya.
b.      Mengadakan pertukaran zat, yakni adanya zat yang masuk dan keluar.
c.      Memberikan tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan dari luar.
d.      Memiliki potensi berkembang biak.
e.      Tumbuh dan bergerak.
f.        Berinteraksi dengan lingkungannya.
g.      Meninggal atau mati.
      Manusia sebagai makhluk berpikir dibekali hasrat ingin tahu tentang benda dan peristiwa yang terjadi disekitarnya, termasuk juga ingin tahu tentang dirinya sendiri. Rasa ingin tahu inilah manusia untuk memahami dan menjelaskan gejala-gejala alam, baik alam besar (makrokosmos) maupun alam kecil (mikrokosmos), serta berusaha memecahkan masalah yang dihadapi. Dorongan rasa ingin tahu dan usaha untuk memahami dan memecahkan masalah yang dihadapi, menyebabkan manusia dapat mengumpulkan pengetahuan.
      Pengetahuan yang diperoleh ini akhirnya tidak hanya terdapat pada objek yang diamati dengan panca indera saja, tetapi juga masalah-masalah lain, misalnya yang berhubungan dengan baik atau buruk, indah atau tidak indah. Kalau suatu masalah dapat dipecahkan, timbul masalah lain menunggu pemecahannya. Manusia bertanya terus setelah tahu apa-nya, mereka ingin tahu bagaimana dan mengapa. Manusia mampu menggunakan pengetahuannya yang terdahulu untuk dikombinasikan dengan pengetahuannya yang baru, menjadi pengetahuan yang lebih baru.
      Rasa ingin tahu yang terdapat manusia ini menyebabkan pengetahuan mereka menjadi berkembang. Setiap hari mereka berhubungan dan mengamati benda-benda dan semua peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Pengamatan-pengamatan yang ditangkap melalui panca inderanya merupakan objek rasa ingin tahunya. Manusia tidak akan merasa puas jika belum memperoleh hal-hal yang diamatinya.
      Mereka berusaha mencari jawabannya dan untuk itu mereka harus berfikir, rasa ingin tahunya terus berlanjut, bukan hanya apa-nya saja yang ingin diketahui jawabannya, tetapi jawaban dari bagaimana dan kemudian berlanjut mengapa tentang hal-hal yang bersangkutan dengan benda-benda dan semua peristiwa yang diamatinya.
      Berlangsungnya perkembangan pengetahuan tersebut lebih dipermudah atau diperlancar dengan adanya kemampuan ini, maka dapat dilakukan tukar menukar informasi mengenai pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki masing-masing. Perkembangan pengetahuan pada manusia juga didukung oleh adanya sifat manusia yang ingin maju, sifat manusia yang selalu tidak puas dan sifat yang lebih baik. Mereka selalu berusaha mengerti atau memperoleh pengetahuan yang lebih banyak. Dengan demikian, Akumulasi pengetahuan akan berlangsung lebih cepat. 


Menurut Ali dan Rahma (2006) dua macam, perkembangan alam pikiran manusia tersebut dijelaskan sebagai berikut.
1.                  Perkembangan alam pikiran manusia sejaka zaman purba hingga dewasa ini
            Sejak zaman purba manusia menghadapi berbagai teka-teki terbit dan terbenamnya matahari, perubahan bentuk bulan, pertumbuhan dan pembiakkan makhluk hidup, adanya angin, hujan, petir, pelangi. Terdorong rasa ingin tahunya yang sangat kuat manusia purba mulai menyelidiki apa penyebab terjadinya fenomena-fenomena itu dan apa akibatnya. Penyelidikan ini menghasilkan jawaban atas banyak persoalan, kemudian timbul persoalan-persoalan baru. Dengan demikian alam pikiran manusia alam purba mulai berkembang. Perkembangan itu berlangsung terus dan mulai berkembang sampai sekarang dan akan berlanjut di masa mendatang. Meskipun semua orang memiliki rasa ingin tahu tidak setiap orang mampu dan mau mengadakan penyelidikan sendiri. Banyak yang mersa sudah puas dengan memilih jalan pintas yaitu bertanya pada orang lain yang telah mengadakan penyelidikan atau bertanya pada orang yang sudah bertanya itu, jadi daritangan (atau mulut) ketiga dan seterusnya. Cara melalui jalan pintas inipun menyebabkan alam pikiran manusia berkembang. Pengetahuan yang terkumpul ini diwariskan dari generasi ke generasi atau selalu bertambah dengan pengetahuan yang baru didapat.
            Menurut Auguste Comte (1798-1857) dalam sejarah perkembangan jiwa manusia, baik sebagai individu maupun sebagai keseluruhan berlangsung dalam tiga tahap.
Tahap teologi atau Fiktif
Tahap filsafat atau fisik atau abstrak
tahap positif atau ilmiah riil

Pada tahap teologi atau fiktif berusaha untukmencari dan menemukan sebab yang utama dan tujuan terakhir dari segala sesuatu, dihubungkan dengan kekuatan gaib. Gejala alam yang menarik perhatiannya selalu diletakkan dalam kaitannya dengan sumber yang mutlak. Mempunyai anggapan bahwa setiap gejala dan peristiwa dikuasai dan diatur oleh para dewa atau kekuatan gaib lainnya.
tahap metafisika atau abstrak merupakan tahap dimana manusia masih tetap mencari sebab utama dan tujuan akhir, tetapi manusia tidak lagi menyadarkan diri kepada kepercayaan akan adanya kekuatan gaib melainkan kepada akalnya sendiri,akal yang telah mampu melakukan abstraksi guna menemukan hakekat segala sesuatu.
Tahap positif atau riil merupakan tahap dimana manusia telah mampu berpikir positif atau riil, atas dasar pengetahuan yang telah dicapainya yang dikembangkan secara positif melalui pengamatan, percobaan, dan perbandingan (Purnama, 1997)
Kembali pada tahap teologi atau fiktif bahwa manusia menciptakan mitos untuk memahami gejala alam yang ada disekitarnya. Mitos adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman dan pemikiran sederhana serta dikaitkan dengan kepercayaan akan adanya kekuatan gaib. Dalam alam mitos di penalaran belum terbentuk dan yang bekerja adalah daya khayal, imajinasi dan intuisi. Demikian juga manusia dengan objek masih menjadi satu, antara subjek dan objek, belum ada jarak, sehingga pengetahuan yang diperoleh bersifat objektif.
            Gempa bumi diduga terjadi karena adanya (raksasa yang memikul bumi pada bahunya) memindahkan bumi dari bahu yang satu ke bahu yang lain. Gerhana bulan diduga terjadi karena bulan dimakan oleh raksasa. Menurut dongeng, raksasa itu takut pada bunyi-bunyian, maka pada waktu gerhana bulan manusia memikul apa saja yang dapat menimbulkan bunyi. Supaya raksasa itu takut dan memuntahkan kembali bulan purnama. Bunyi Guntur dikira ditimbulkan oleh adanya kereta yang dikendarai dewa melintasi langit.
            Dahulu mitos ini sangat berpengaruh, bahkan sampai sekarang inipun belum sepenuhnya hilang. Mencari jalan atas peristiwa seperti itu dengan menghubungkannya dengan makhluk gaib disebut berpikir secara irrasional. Tentu saja pengetahuan yang diperoleh secara irrasional belum dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Manusia pada tahap mitos ini menanggapi realitas dengan mengadakan selamatan, tari-tarian, dengan menyanyikan lagu-lagu. Dalam tari-tarian atau lagu-laguan tersebut terkandung cerita tentang riwayat para dewa yang sedang mengatur peristiwa-peristiwa alam. Lewat cerita ini manusia merasa aman, merasa dapat menghindarkan diri dari keganasan alam.
            Demikian pada tahap mitos atau teologi ini manusia menjawab rasa ingin tahunya dengan menciptakan dongeng atau mitos, karena alam pikirannya masih terbatas pada imajinasinya dan cara berpikir irrasional. Karena kemampuan makin maju dan disertai oleh perlengkapan pengamatan misalnya berupa teropong bintang yang makin sempurna, maka mitos dengan berbagai legendanya makin ditinggalkan oleh orang. Mereka cenderung menggunakan akal sehatnya atau rasionalnya.
            Manusia secara terus menerus selalu mengembangkan pengetahuannya tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhannya yang menyangkut kelangsungan hidupnya saja. Mereka berusaha untuk mengetahui mana yang benar mana yang salah mereka juga juga berusaha menentukan mana yang baik dan mana yang buruk dan mana yang indah dan mana yang jelek, mereka harus berpikir dan harus merasakan sedemikian, hingga dapat menarik kesimpulan dan memperoleh pengetahuan. Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk berpikir, merasa bersikap dan bertindak.



2.                  Perkembangan alam pikiran manusia manusia sejak dilahirkan sampai akhir hayatnya
            Perkembangan alam pikiran manusia juga dapat ditelusuri sejak manusia itu lahir hingga dewasa dan tua. Alam pikiran seorang bayi yang baru lahir mengalami perkembangan yang hampir serupa. Ketika anak kecil mengamati lingkungan, muncul bermacam-macam pertanyaan didalam pikirannya, untuk mejawab pertanyaan-pertanyaan itu anak kecil mengadakan penyelidikan sendiri atau bertanya pada ibu, ayah, kakek, atau orang-orang lain yang mengasuhnya. Dengan demikian alam pikiran anak berkembang dengan pesat. Rasa ingin tahu seorang anak akan melemah apabila orang-orang disekelilingnya terlalu sibuk, terlalu malas atau terlalu bodoh untuk memuaskan rasa ingin tahu anak itu. Dengan demikian perkembangan alam pikiran anak itu akan terhambat.
            Perkembangan alam pikiran juga dapat disebabkan oleh rangsangan dari luar, tanpa dorongan dari dalam yang berupa rasa ingin tahu. Misalnya, orang yang tinggal dekat hutan menyaksikan kebakaran hutan, orang yang sebenarnya tidak berminat dipaksa mendengarkan ceramah, sebab ekstern semacam itu memang dapat mengembangkan alam pikiran manusia, tetapi hasil itu tidak mendalam dan tidak tahan lama, tidak seperti perkembangan yang disebabkan oleh rasa ingin tahu. Jadi alam pikiran manusia berkembang terutama karena ada dorongan dari dalam yaitu rasa ingin tahu.
           


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
            Manusia sebagai makhluk berpikir dibekali hasrat ingin tahu tentang benda dan peristiwa yang terjadi disekitarnya, termasuk juga ingin tahu tentang dirinya sendiri. Rasa ingin tahu inilah membawa manusia untuk memahami dan menjelaskan gejala-gejala alam. Menurut Auguste Comte (1798-1857) dalam sejarah perkembangan jiwa manusia, baik sebagai individu maupun sebagai keseluruhan berlangsung dalam tiga tahap.
Tahap teologi atau Fiktif
Tahap filsafat atau fisik atau abstrak
tahap positif atau ilmiah riil

    
B.  Saran 
      Demikian dengan isi makalah yang kami sajikan, bila ada kesalahan dalam penulisan mohon dimaklumi. Dengan segala kerendahan hati kami, kami sebagai pemakalah mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari teman-teman sekalian.


DAFTAR PUSTAKA

Bakar, A dan Fuldiarahman., 2010, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta, Gaung Persada.
Ahmadi, A dan Supatmo a.,2008, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta, Rineka Cipta.
Aly, A dan Rahmah, E.,2006, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta, Bumi Aksara.
Fahmi, N., 2010, Ilmu Alamiah Dasar, Universitas Islam Kalimantan, Banjarmasin.
Naufal., A.R. ,1987, Alquran dan Sains Modern , Bandung, Husaini.