PEMBAHASAN
1.
Perkembangan Alam Pikiran
Manusia sebagai makhluk
yang berpikir dibekali rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu inilah yang mendorong
untuk mengenal, memahami, dan menjelaskan gejala-gejala alam. Manusia sebagai
makhluk mempunyai ciri-ciri :
a.
Memiliki organ tubuh yang komplek dan
sangat khusus terutama otaknya.
b.
Mengadakan pertukaran zat, yakni adanya zat
yang masuk dan keluar.
c.
Memberikan tanggapan terhadap rangsangan
dari dalam dan dari luar.
d.
Memiliki potensi berkembang biak.
e.
Tumbuh dan bergerak.
f.
Berinteraksi dengan lingkungannya.
g.
Meninggal atau mati.
Manusia
sebagai makhluk berpikir dibekali hasrat ingin tahu tentang benda dan peristiwa
yang terjadi disekitarnya, termasuk juga ingin tahu tentang dirinya sendiri.
Rasa ingin tahu inilah manusia untuk memahami dan menjelaskan gejala-gejala
alam, baik alam besar (makrokosmos) maupun alam kecil (mikrokosmos), serta
berusaha memecahkan masalah yang dihadapi. Dorongan rasa ingin tahu dan usaha
untuk memahami dan memecahkan masalah yang dihadapi, menyebabkan manusia dapat
mengumpulkan pengetahuan.
Pengetahuan
yang diperoleh ini akhirnya tidak hanya terdapat pada objek yang diamati dengan
panca indera saja, tetapi juga masalah-masalah lain, misalnya yang berhubungan
dengan baik atau buruk, indah atau tidak indah. Kalau suatu masalah dapat
dipecahkan, timbul masalah lain menunggu pemecahannya. Manusia bertanya terus
setelah tahu apa-nya, mereka ingin tahu bagaimana dan mengapa. Manusia mampu
menggunakan pengetahuannya yang terdahulu untuk dikombinasikan dengan
pengetahuannya yang baru, menjadi pengetahuan yang lebih baru.
Rasa ingin
tahu yang terdapat manusia ini menyebabkan pengetahuan mereka menjadi
berkembang. Setiap hari mereka berhubungan dan mengamati benda-benda dan semua
peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Pengamatan-pengamatan yang ditangkap
melalui panca inderanya merupakan objek rasa ingin tahunya. Manusia tidak akan
merasa puas jika belum memperoleh hal-hal yang diamatinya.
Mereka
berusaha mencari jawabannya dan untuk itu mereka harus berfikir, rasa ingin
tahunya terus berlanjut, bukan hanya apa-nya saja yang ingin diketahui
jawabannya, tetapi jawaban dari bagaimana dan kemudian berlanjut mengapa
tentang hal-hal yang bersangkutan dengan benda-benda dan semua peristiwa yang
diamatinya.
Berlangsungnya perkembangan pengetahuan tersebut lebih dipermudah atau
diperlancar dengan adanya kemampuan ini, maka dapat dilakukan tukar menukar
informasi mengenai pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki masing-masing.
Perkembangan pengetahuan pada manusia juga didukung oleh adanya sifat manusia
yang ingin maju, sifat manusia yang selalu tidak puas dan sifat yang lebih
baik. Mereka selalu berusaha mengerti atau memperoleh pengetahuan yang lebih
banyak. Dengan demikian, Akumulasi pengetahuan akan berlangsung lebih cepat.
Menurut
Ali dan Rahma (2006) dua macam, perkembangan alam pikiran manusia tersebut
dijelaskan sebagai berikut.
1.
Perkembangan alam pikiran manusia sejaka
zaman purba hingga dewasa ini
Sejak zaman purba manusia menghadapi
berbagai teka-teki terbit dan terbenamnya matahari, perubahan bentuk bulan,
pertumbuhan dan pembiakkan makhluk hidup, adanya angin, hujan, petir, pelangi.
Terdorong rasa ingin tahunya yang sangat kuat manusia purba mulai menyelidiki
apa penyebab terjadinya fenomena-fenomena itu dan apa akibatnya. Penyelidikan
ini menghasilkan jawaban atas banyak persoalan, kemudian timbul
persoalan-persoalan baru. Dengan demikian alam pikiran manusia alam purba mulai
berkembang. Perkembangan itu berlangsung terus dan mulai berkembang sampai
sekarang dan akan berlanjut di masa mendatang. Meskipun semua orang memiliki
rasa ingin tahu tidak setiap orang mampu dan mau mengadakan penyelidikan
sendiri. Banyak yang mersa sudah puas dengan memilih jalan pintas yaitu
bertanya pada orang lain yang telah mengadakan penyelidikan atau bertanya pada
orang yang sudah bertanya itu, jadi daritangan (atau mulut) ketiga dan
seterusnya. Cara melalui jalan pintas inipun menyebabkan alam pikiran manusia
berkembang. Pengetahuan yang terkumpul ini diwariskan dari generasi ke generasi
atau selalu bertambah dengan pengetahuan yang baru didapat.
Menurut Auguste Comte (1798-1857)
dalam sejarah perkembangan jiwa manusia, baik sebagai individu maupun sebagai
keseluruhan berlangsung dalam tiga tahap.
Tahap
teologi atau Fiktif
Tahap
filsafat atau fisik atau abstrak
tahap
positif atau ilmiah riil
Pada
tahap teologi atau fiktif berusaha untukmencari dan menemukan sebab yang utama
dan tujuan terakhir dari segala sesuatu, dihubungkan dengan kekuatan gaib.
Gejala alam yang menarik perhatiannya selalu diletakkan dalam kaitannya dengan
sumber yang mutlak. Mempunyai anggapan bahwa setiap gejala dan peristiwa
dikuasai dan diatur oleh para dewa atau kekuatan gaib lainnya.
tahap metafisika
atau abstrak merupakan tahap dimana manusia masih tetap mencari sebab utama dan
tujuan akhir, tetapi manusia tidak lagi menyadarkan diri kepada kepercayaan
akan adanya kekuatan gaib melainkan kepada akalnya sendiri,akal yang telah
mampu melakukan abstraksi guna menemukan hakekat segala sesuatu.
Tahap
positif atau riil merupakan tahap dimana manusia telah mampu berpikir positif
atau riil, atas dasar pengetahuan yang telah dicapainya yang dikembangkan
secara positif melalui pengamatan, percobaan, dan perbandingan (Purnama, 1997)
Kembali
pada tahap teologi atau fiktif bahwa manusia menciptakan mitos untuk memahami
gejala alam yang ada disekitarnya. Mitos adalah pengetahuan yang diperoleh
melalui pengalaman dan pemikiran sederhana serta dikaitkan dengan kepercayaan
akan adanya kekuatan gaib. Dalam alam mitos di penalaran belum terbentuk dan
yang bekerja adalah daya khayal, imajinasi dan intuisi. Demikian juga manusia
dengan objek masih menjadi satu, antara subjek dan objek, belum ada jarak,
sehingga pengetahuan yang diperoleh bersifat objektif.
Gempa bumi diduga terjadi karena
adanya (raksasa yang memikul bumi pada bahunya) memindahkan bumi dari bahu yang
satu ke bahu yang lain. Gerhana bulan diduga terjadi karena bulan dimakan oleh
raksasa. Menurut dongeng, raksasa itu takut pada bunyi-bunyian, maka pada waktu
gerhana bulan manusia memikul apa saja yang dapat menimbulkan bunyi. Supaya
raksasa itu takut dan memuntahkan kembali bulan purnama. Bunyi Guntur dikira
ditimbulkan oleh adanya kereta yang dikendarai dewa melintasi langit.
Dahulu mitos ini sangat berpengaruh,
bahkan sampai sekarang inipun belum sepenuhnya hilang. Mencari jalan atas
peristiwa seperti itu dengan menghubungkannya dengan makhluk gaib disebut
berpikir secara irrasional. Tentu saja pengetahuan yang diperoleh secara
irrasional belum dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Manusia pada tahap
mitos ini menanggapi realitas dengan mengadakan selamatan, tari-tarian, dengan
menyanyikan lagu-lagu. Dalam tari-tarian atau lagu-laguan tersebut terkandung
cerita tentang riwayat para dewa yang sedang mengatur peristiwa-peristiwa alam.
Lewat cerita ini manusia merasa aman, merasa dapat menghindarkan diri dari
keganasan alam.
Demikian pada tahap mitos atau
teologi ini manusia menjawab rasa ingin tahunya dengan menciptakan dongeng atau
mitos, karena alam pikirannya masih terbatas pada imajinasinya dan cara
berpikir irrasional. Karena kemampuan makin maju dan disertai oleh perlengkapan
pengamatan misalnya berupa teropong bintang yang makin sempurna, maka mitos
dengan berbagai legendanya makin ditinggalkan oleh orang. Mereka cenderung
menggunakan akal sehatnya atau rasionalnya.
Manusia secara terus menerus selalu
mengembangkan pengetahuannya tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhannya yang
menyangkut kelangsungan hidupnya saja. Mereka berusaha untuk mengetahui mana
yang benar mana yang salah mereka juga juga berusaha menentukan mana yang baik
dan mana yang buruk dan mana yang indah dan mana yang jelek, mereka harus
berpikir dan harus merasakan sedemikian, hingga dapat menarik kesimpulan dan
memperoleh pengetahuan. Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk berpikir,
merasa bersikap dan bertindak.
2.
Perkembangan alam pikiran manusia manusia
sejak dilahirkan sampai akhir hayatnya
Perkembangan alam pikiran manusia
juga dapat ditelusuri sejak manusia itu lahir hingga dewasa dan tua. Alam
pikiran seorang bayi yang baru lahir mengalami perkembangan yang hampir serupa.
Ketika anak kecil mengamati lingkungan, muncul bermacam-macam pertanyaan
didalam pikirannya, untuk mejawab pertanyaan-pertanyaan itu anak kecil
mengadakan penyelidikan sendiri atau bertanya pada ibu, ayah, kakek, atau
orang-orang lain yang mengasuhnya. Dengan demikian alam pikiran anak berkembang
dengan pesat. Rasa ingin tahu seorang anak akan melemah apabila orang-orang
disekelilingnya terlalu sibuk, terlalu malas atau terlalu bodoh untuk memuaskan
rasa ingin tahu anak itu. Dengan demikian perkembangan alam pikiran anak itu
akan terhambat.
Perkembangan alam pikiran juga dapat
disebabkan oleh rangsangan dari luar, tanpa dorongan dari dalam yang berupa
rasa ingin tahu. Misalnya, orang yang tinggal dekat hutan menyaksikan kebakaran
hutan, orang yang sebenarnya tidak berminat dipaksa mendengarkan ceramah, sebab
ekstern semacam itu memang dapat mengembangkan alam pikiran manusia, tetapi
hasil itu tidak mendalam dan tidak tahan lama, tidak seperti perkembangan yang
disebabkan oleh rasa ingin tahu. Jadi alam pikiran manusia berkembang terutama
karena ada dorongan dari dalam yaitu rasa ingin tahu.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Manusia sebagai makhluk berpikir
dibekali hasrat ingin tahu tentang benda dan peristiwa yang terjadi
disekitarnya, termasuk juga ingin tahu tentang dirinya sendiri. Rasa ingin tahu
inilah membawa manusia untuk memahami dan menjelaskan gejala-gejala alam.
Menurut Auguste Comte (1798-1857) dalam sejarah perkembangan jiwa manusia, baik
sebagai individu maupun sebagai keseluruhan berlangsung dalam tiga tahap.
Tahap
teologi atau Fiktif
Tahap
filsafat atau fisik atau abstrak
tahap
positif atau ilmiah riil
B.
Saran
Demikian
dengan isi makalah yang kami sajikan, bila ada kesalahan dalam penulisan mohon
dimaklumi. Dengan segala kerendahan hati kami, kami sebagai pemakalah
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari teman-teman sekalian.
DAFTAR
PUSTAKA
Bakar, A dan Fuldiarahman., 2010, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta, Gaung Persada.
Ahmadi, A dan Supatmo a.,2008, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta, Rineka Cipta.
Aly, A dan Rahmah, E.,2006, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta, Bumi Aksara.
Fahmi, N., 2010, Ilmu
Alamiah Dasar, Universitas Islam Kalimantan, Banjarmasin.
Naufal., A.R. ,1987, Alquran
dan Sains Modern , Bandung, Husaini.
blog ini sgt membantu, trimakasih :)
BalasHapus